DAMPAK COVID-19 TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN


DAMPAK COVID-19 TERHADAP DUNIA PENDIDIKAN

Oleh Abdul Latief










Pandemi covid-19 menjadi permasalahan yang serius di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Berbagai langkah pun dilakukan, salah satunya social distancing. Akibatnya beberapa aktivitas dan interaksi luar dibatasi, termasuk aktivitas belajar di area sekolah ataupun universitas.

Melansir dari detik.com, Presiden Jokowi mulai memerintahkan seluruh kepala daerah untuk membuat kebijakan agar pelajar dan mahasiswa tidak datang ke sekolah atau kampus selama masa pandemi, dan diganti dengan belajar di rumah, terhitung sejak bulan Maret. Salah satu konsep pembelajaran yang banyak digunakan yaitu sistem belajar  daring (dalam jaringan). Hal ini dilakukan agar para pelajar tetap bisa belajar bersama pengajar selama masa pandemic berlangsung.

Namun, realita tidak sebanding dengan ekspetasi, belajar daring yang harusnya menyenangkan, justru sebaliknya. Banyak sekali permasalahan yang dialami pelajar dan pengajar saat melakukan pembelajaran daring. Selain itu, sistem belajar daring juga membuat aktivitas di rumah terhambat.

Salah satunya sosialisasi yang kurang tepat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah bukan hanya menghimbau seluruh sekolah dan universitas untuk belajar di rumah, namun juga harus dijelaskan apa fasilitas alternative yang akan digunakan dalam proses belajar nanti, seperti contoh aplikasi Google Classroom yang banyak digunakan oleh sekolah dan universitas. Selain itu, perlu adanya pelatihan bagi pengajar dalam menggunakan fasilitas yang disarankan oleh pemerintah, karena masih ada pengejar yang belum paham cara memanfaatkannya.

Selain itu, jaringan internet yang kurang memadai. Masalah internet tentu menjadi permasalahan yang cukup serius bagi pelajar maupun pengajar, karena dibeberapa daerah sulit untuk mengakses internet. Akibatnya, para pelajar kesulitan untuk mengikuti pelajaran yang ada, bahkan ada yang harus rela tidak bisa ikut pelajaran hanya karena masalah internet.

Kemudian penggunaan kuota internet yang boros. Banyak sekali metode yang dilakukan oleh pengajar dalam melakukan kegiatan belajar, seperti lewat streaming Youtube, atau menggunakan aplikasi Zoom yang sedang populer saat ini, dengan fasilitas ini pelajar dapat berinteraksi langsung dengan pengajar, sehingga lebih interaktif. Namun, penggunaan kuota yang cukup besar, ditambah kuota yang sedang habis menghambat para pelajar untuk ikut dalam kegiatan belajar.

Lalu yang terpenting adalah porsi tugas lebih besar daripada materi. Faktor inilah yang menjadi banyak perbincangan, baik dari pelajar maupun orang tua. Seperti pelajar Sekolah Tingkat Dasar, banyak orang tua mengeluh karena anaknya lebih banyak menerima tugas dibandingkan materi, karena dikhawatirkan dapat menganggu psikis anak.

Tidak selamanya solusi yang ada, tidak menhalangi konflik yang berdatangan. Kemendikbud juga berusaha sekeras mungkin agar pelajar Indonesia bisa tetap belajar di rumah disaat pandemic covid-19 melanda. Namun, perlu adanya riset kembali jika seandainya solusi yang diberikan kurang memuaskan.

Salah satunya pembuatan program acara khusus di seluruh saluran televisi Indonesia. Belum lama ini, program “Belajar di Rumah” di saluran TVRI dibawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dengan adanya program ini, membuat proses belajar lebih mudah dan juga interaktif. Kemudian, pemerintah daerah harus mau bekerjasama dengan mitra-mitra ternama seperti Ruangguru, agar para pelajar tetap bisa menerima belajar yang memadai

Abdul Latief, mahasiswa Program Studi Jurnalistik UIN Bandung angkatan 2017

Sumber:

Komentar